Jubah merah yang semringah
Hati yang bahagia itu adalah hati yang banyak mendapat perhatian. Hati yang didengarkan dan dijawab saat bertanya, yang rajin diajak bicara tentang segala hal terutama menyangkut persoalan besar dalam hidup. Walau kadang tak sependapat, tapi akhirnya haruslah kita sepakat pada satu pilihan untuk dijalani bersama. Hingga di kemudian hari, tak ada lagi kegundahan akibat pertentangan dengan hati.
Bicara soal tujuan hidup, adakah di antara kita yang belum sepakat dengan hati?
Siapapun yang mengenal Buddhadharma boleh jadi punya tujuan hidup serupa seperti yang diteladankan oleh Sanga Buddha; menemukan kebahagiaan sejati dan mencapai pencerahan sempurna demi menolong semua mahluk terbebas dari derita samsara. Namun bagi sedikit orang ini, tujuan itu tak hanya sebatas kata-kata tanpa upaya. Mereka menyadari, kemudian sungguh-sungguh memahami betapa batin kita begitu mudah tercemar setiap saat. Seperti kaca yang ditempeli debu terus menerus, mengaburkan pandangan, mengacaukan arah, yang lalu membutakan kita. Bagaimana mungkin tujuan mulia itu dicapai?
Dari pemahaman luhur itulah lahir kekuatan tekad!
Hati mereka tergerak meminta bertindak. Lalu mereka yang mendengarkan panggilan hati, membulatkan motivasi dan bersepakat memilih jalan yang lebih pasti. Sebuah jalan yang ditunjukkan oleh Sang Buddha sendiri, jalan hidup berjubah. Dengan berjubah mereka bagai memakai pelindung yang menjauhkan diri dari hantaman distraksi. Memanfaatkan kehidupan ini sepenuhnya untuk melatih batin dan melepas urusan duniawi. Inilah jalur cepat untuk sampai di tujuan dengan selamat.
Hidup berjubah memang bukan hal yang mudah. Tapi bagi mereka, inilah pilihan hidup yang sepakat dengan hati, sehingga dengan perasaan tanpa beban mereka berusaha menjaga motivasi tanpa henti, nyaman menjalani hidup dengan keyakinan yang terberkati.
Pantas saja mereka bahagia!