top of page

SANG-GYE ONTON (1) : Pengabdian Kepada Guru Adalah Dasar Dari Ajaran Lamrim


[if gte vml 1]><v:shapetype id="_x0000_t75" coordsize="21600,21600" o:spt="75" o:preferrelative="t" path="m@4@5l@4@11@9@11@9@5xe" filled="f" stroked="f"> <v:stroke joinstyle="miter"></v:stroke> <v:formulas> <v:f eqn="if lineDrawn pixelLineWidth 0"></v:f> <v:f eqn="sum @0 1 0"></v:f> <v:f eqn="sum 0 0 @1"></v:f> <v:f eqn="prod @2 1 2"></v:f> <v:f eqn="prod @3 21600 pixelWidth"></v:f> <v:f eqn="prod @3 21600 pixelHeight"></v:f> <v:f eqn="sum @0 0 1"></v:f> <v:f eqn="prod @6 1 2"></v:f> <v:f eqn="prod @7 21600 pixelWidth"></v:f> <v:f eqn="sum @8 21600 0"></v:f> <v:f eqn="prod @7 21600 pixelHeight"></v:f> <v:f eqn="sum @10 21600 0"></v:f> </v:formulas> <v:path o:extrusionok="f" gradientshapeok="t" o:connecttype="rect"></v:path> <o:lock v:ext="edit" aspectratio="t"></o:lock> </v:shapetype><v:shape id="Picture_x0020_2" o:spid="_x0000_s1026" type="#_x0000_t75" alt="Description: C:\Users\Mandala\AppData\Local\Temp\FineReader12.00\media\image1.jpeg" style='position:absolute;left:0;text-align:left;margin-left:139pt; margin-top:-25.75pt;width:88.8pt;height:108.5pt;z-index:-125829376; visibility:visible;mso-wrap-style:square;mso-width-percent:0; mso-height-percent:0;mso-wrap-distance-left:26.3pt;mso-wrap-distance-top:0; mso-wrap-distance-right:5pt;mso-wrap-distance-bottom:0; mso-position-horizontal:absolute;mso-position-horizontal-relative:margin; mso-position-vertical:absolute;mso-position-vertical-relative:text; mso-width-percent:0;mso-height-percent:0;mso-width-relative:page; mso-height-relative:page'> <v:imagedata src="file:///C:\Users\Mandala\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.jpg" o:title="image1"></v:imagedata> <w:wrap type="square" side="left" anchorx="margin"></w:wrap> </v:shape><![endif][if !vml][endif]Sang-gye Won.

Sang pemegang harta karun kebajikan,

Aku memohon padamu![endif]

[if !supportFootnotes]

Masa kecil, belajar, melayani Gurunya


Sang-gye Onton, Sang Pelindung Semua Makhluk, lahir kepada tahun Kuda-Tanah-Jantan [1138], dalam suku Gyer Lhanang. Proses kelahirannya sangat tenang bahkan sama sekali tidak mengganggu kondisi ibunya, Shamo Dok. yang tertidur selama persalinannya berlangsung. Kejadian ini dianggap sebagai tanda bahwa sang anak adalah makhluk yang mempunyai kebajikan besar.


Malam itu, ayahnya. Poumo Tak, bermimpi sebuah matahari besar terbit dan menerangi seluruh dunia. Saat ia bangun, ia berpikir, “Putraku pasti makhluk yang mempunyai kebajikan besar.”


Poumo Tak, yang juga dipanggil Motok, adalah adik dari guru Kadam Gyergomba. dan juga donatur utamanya. Ketika Gyergomba meminta ijin Motok untuk mengambil putranya menjadi anggota Sangha. Motok bersedia.


Sang-gye Won dibesarkan bersama dengan pengikut pamannya. yang mengenalinya sebagai anak yang luar biasa. Suatu saat anak ini sedang bermain di luar, beliau meninggalkan jejak kakinya di atas sebuah batu. Mereka bergegas memberitahu Gyergomba, yang pada waktu itu sedang berada di Rinchen Khang. Beliau kemudian datang untuk mengamati keajaiban ini dengan matanya Sendiri.


“Kalian semua harus menghormati anak luar biasa ini,” instruksi beliau kepada pengikutnya.


Beliau memutuskan untuk mengikuti perkembangan anak ini dengan penuh perhatian, sambil berpikir bahwa saudaranya telah sangat baik membawa bantuan besar untuknya dengan memberikan putranya.


Ketika berusia 17 tahun. Sang-gye Won mengambil sumpah sramanera dari kepala biara Geshe Ben Tangpa dan guru Lopon Teou Gomkyi. Beliau mendapatkan nama Jung-ne. yang berarti 'sumber’ dalam bahasa Tibet. Malam sebelum ditahbiskan, kedua guru bermimpi tanda-tanda keberuntungan. Sang kepala biara bermimpi sedang membersihkan permata, sementara guru Gomkyi bermimpi matahari dan bulan naik pada saat yang sama. “Anak ini pasti sangat beruntung." kata sang kepala biara. Sang-gye Won selalu mengikuti gurunya baik dalam pikiran dan perbuatan. Oleh karena itu, beliau senantiasa memperkuat praktek menghormati dan melayani gurunya. Pengabdian kepada gurunya adalah dasar dari ajaran Lamrim (tahapan jalan menuju pencerahan) yang beliau terima dari Gyeryomba, beserta instruksinya yang berasal dari pengalaman pribadi (Tib. myong khrid).


Selama menjadi Sramanera, beliau menyelesaikan semua pelajarannya tentang instruksi lamrim dan juga teks yang berkaitan dengan pencapaian Kebuddhaan.


Ketika beliau berusia 20 tahun, Geshe Gyergomba menyarankan untuk mengambil sumpah bhiksu penuh. Beliau lalu menerima pentahbisan penuh dari kepala biara Geshe Nyangten, dimana Geshe Cho dan Geshe Kache sebagai pemimpin upacara pentahbisannya. Kemudian belaiu memulai pelajarannya tentang vinaya


Beliau tinggal bersama kepala biara dan mempelajari aturan-aturan yang berkaitan dengan perilaku para bhiksu. Beliau juga menerima ajaran tentang vinaya dari Geshe Ben Tangpa, diikuti oleh tiga tahun ajaran tambahan tentang topik yang sama dari Geshe Kapa Tarseng. Dengan demikian beliau mengembangkan pengetahuan ynng mendalam tentang topik ini, sehingga mampu memberi ajaran yang sangat terperinci tentang teks Ka ri ka'i teng bersama dengan Poin-poin Utama dari Vinaya (Tib. Dulwa Do Tsa Wa) kepada para sramanera dan orang awam yang memiliki kebajikan berlimpah.


Geshe Gyergomba sudah semakin tua. Sang-gye Won kembali ke sisinya. Beliau banyak bermeditasi dan mempraktekkan instruksi gurunya, dengan tujuan menyenangkan hati Gyergomba. Suatu hari, Sang-gye Won meminta, "Aku memohon padamu, selalu jadikanku dekat dalam batin dan jagalah diriku," (artinya, mohon jangan melupakanku dan menerimaku sebagai muridmu, sehingga bisa terus bertemu denganmu di semua kehidupan yang akan datang, sama seperti dalam kehidupan saat ini).


Gurunya menjawab. “Tenanglah. tentu saja aku tak akan melupakanmu! Engkau selalu di sisiku” (artinya, 'kenyataaannya engkau selalu bersamaku di sepanjang waktu, ini menunjukkan aku telah menerima dan mengingatmu dalam batinku’). Dilanjutkan. "Lagipula, ini sudah pasti karena aku sudah tidak lagi berhubungan dengan anggota keluarga yang lain.”


Suatu kali, semua bhiksu di Tsangpa meminta kepada Geshe Gyurgomba untuk mengirim Sang-gye Won ke tempat mereka, memberikan ajaran vinaya.


Gyergomba menjawab, "Anak ini tidak akan mengajar sampai telah menjadi Kadampa sempurna. Dia mungkin saja bercakap-cakap tentang topik ini sebelum memperoleh pemahaman yang lengkap dan mendalam. Bagaimanapun, untuk kebaikan semua makhluk, dia tidak boleh memastikan apapun.”


Gyergomba melanjutkan, "Dalam biografi guru-guru awal Kadam, dikatakan seseorang harus terlebih dulu memakan dan mencerna makanan Dharma sebelum memberikannya kepada orang lain, sama seperti mayat mengalami perubahan warna dari dalam (bukan dari luar). Sebelum berhadapan dengan dunia. Sang-gye Won harus terlebih dahulu menguasai batinnya sendiri, dan ini, terwujud melalui meditasi di tempat yang terpencil sampai dia telah memperoleh tingkat stabilitas tertentu. Sekali dia telah mencapai realisasi ini. dia boleh mengajar murid-murid yang lain."


Di saat itu Gyergomba sudah sangat tua. Mengetahui bahwa cara terbaik untuk mengumpulkan kebajikan adalah dengan melayani seorang guru, Sang-gye Won berdiam di sisinya dan merawatnya dengan penuh pengabdian. Dalam situasi seperti ini. beliau memiliki lebih banyak kesempatan berdiskusi dengan gurunya daripada ketika beliau hanya mengikuti sesi ajarannya.



Sumber:

Byang-chub lam gyi rim-pa’I bla-,a bru=yud-pa’i rnam-par thar-pa rgyal bstan mdzes-pa-i rgyan mchog phul byung no bu’i phreng ba (lam rnam), karya Yongzin Yeshe Gyeltsen.

Karya asli berbahasa Inggris dikoordinasikan oleh Marie-Stella Boussemart berdasarkan petunjuk Venerable Dagpo Lama Rinpoche

Terjemahan dari Bahasa Prancis ke Inggiris kemudian ke Bahasa Indonesia oleh Tim Penerjemah di Yayasan Suvarna Dharma Chandra Loka, Bali-Indonesia

Featured Posts
Check back soon
Once posts are published, you’ll see them here.
Recent Posts
Follow Us
  • Facebook Basic Square
  • Twitter Basic Square
  • Google+ Basic Square
Archive
Search By Tags
No tags yet.
bottom of page