top of page

Sang Vinayadhara Tsonawa Sherab Sangpo : Pakar Kumpulan Ratusan Ribu Vinaya Pitaka


Tsonawa,

Pemegang tak terhitung kitab vinaya,

Pembimbing mahluk hidup, Aku memohon padamu!

~Disarikan dari Untaian Bagi Mereka Yang Beruntung~



Sang Vinayadhara (Pemegang Vinaya), Tsonawa Sherab Sangpo lahir pada tahun Anjing-Besi [1310], di wilayah pegunungan Tsona, di daerah Lhokha.


Beliau menunjukkan keinginan spiritual yang kuat sejak usia sangat muda, yang terlihat dari setiap permainan yang dilakukannya, serta melalui ketiga pintu, yaitu tubuh, ucapan, dan batinnya. Beliau sangat lembut dan mempunyai tingkat kecerdasan yang cemerlang. Namun, beliau lahir di keluarga yang sangat sederhana, dan mereka menitipkannya ke kepala suku Ding (Dingpon) di Narthang, di mana beliau menjadi seorang pengembala.


Ketika berusia delapan tahun, beliau menyatakan akan pergi menemui gurunya dan tidak ada seorang pun yang dapat menghentikannya. Menurut satu sumber, beliau melarikan diri. Menurut sumber lainnya beliau pergi dengan persetujuan dari pelindungnya, sang ketua Ding. Yang jelas beliau memasuki biara Nyeldrak. Beliau menjadi sramanera dibawah bimbingan Geshe Sanchen yang menganugerahkannya pentahbisan yang pertama, dan memberikan nama Sherab Sangpo. Geshe Sanchen jugalah yang memberikan pentahbisan bhiksu penuh ketika umurnya sudah mencukupi.


Sejak awal, Sherab Sangpo tidak mengalami kesulitan untuk belajar membaca dan menulis. Beliau mampu dengan cepat memahami semua subyek dengan mudah, sampai suatu saat, beliau dianggap sebagai inkarnasi dari Tripitakadhara (Pemegang dari Ketiga Keranjang) Matibhadra (Lodro Senge). Beliau mengikuti Geshe Sancben, yang tata kramanya patut diteladani dari segala sudut pandang. Mempelajari tradisi dari Sang Pelopor Agung di bawah bimbingan Geshe Sanchen, khususnya, enam risalah yang diagungkan oleh Potowa.


Setelah menjadi seorang bhiksu terpelajar, Tsonawa menerima ajaran dari Sanchen yang menguraikan secara terperinci tahapan jalan Guru Agung Atisa, berdasarkan silsilah Shungpawa, ‘Mereka yang mengikuti teks filsafat’. Beliau dengan penuh semangat menerapkan kedalam prakteknya, hingga mendapat pengetahuan serta keahlian yang lengkap dan sempurna.


Melalui kekuatan sumpah dan kebajikannya, beliau mengikuti ajaran pada siang dan malam. Siang hari, beliau mendengarkan gurunya, dan malam hari, beliau diajarkan langsung oleh para pandita agung dari masa lampau, yang ditemuinya melalui mimpi. Vinaya diturunkan secara langsung oleh Gunaprabha, Santideva menurunkan Bodhicaryavatara, Vasubandhu menurunkan Abhidharmakosa, Dignaga menurunkan Pramanasutra, Dharmakirti menurunkan tujuh risalah pada pramana, Sang Pelindung Maitreya menurunkan Abhisamayalamkdra, dan Candrakirti memberikan tantra Guyasamaja.


Tsonawa dengan sangat teliti mengikuti tradisi Geshe Potowa dari silsilah Kadam Shungpawa, dan memperoleh keyakinan yang bebas dari semua ketakutan, yang membuatnya yakin untuk mengajar. Dihadapan orang lain, beliau tidak memperlihatkan kemampuannya berkaitan dengan tantra, namun secara pribadi beliau tetap mempraktekkannya dan memperoleh hasil tertinggi. Berkat kekuatan yang diperoleh menguasai mimpinya melalui realisasi tahap penyelesaian Guhyasamaja, beliau dapat pergi ke tanah murni para Buddha di dalam mimpi. Beliau bahkan mempunyai kemampuan untuk mengemanasikan diri, yang memungkinkannya untuk mendengarkan berbagai ajaran yang sedang diajarkan para Buddha dan Bodhisattva pada saat bersamaan beliau sedang mengajarkan Dharma kepada muridnya. Kemampuan untuk menghasilkan banyak emanasi pada saat yang bersamaan diperoleh ketika memasuki tahap pertama dari sepuluh bhumi Bodhisattva, yaitu saat memahami kesunyataan langsung yang diikuti dengan batin pencerahan. Pada bhumi yang pertama, seorang aryabodhisattva mampu menciptakan sepuluh emanasi, pada tingkat kedua mampu menciptakan seratus emanasi, pada tingkat ketiga mampu menciptakan seribu emanasi, dan seterusnya, sampai pada tahap pencapaian kebuddhaan dimana kapasitas atau kualitas lainnya sudah tidak terbatas lagi.


Tsonawa terutama sangat unggul dalam hal Vinaya. Beliau sudah menghafal sutra dan berbagai ulasan yang terkait. Beliau memberikan kesan ke semua orang seakan Arya Upali telah kembali ke Tanah Bersalju. Upali adalah mantan pemangkas rambut dan salah satu dari sepuluh murid utama Sang Buddha Sakyamuni, yang membacakan vinaya pada persamuan buddhis pertama.


Beliau baru menginjak usia 21 tahun saat mulai mengarang ulasannya yang termashyur tentang Vinayasutra, Lekshe Nyimai Oser yang lebih dikenal dengan julukan Tsonatikka, karya dalam dua jilid yang cukup berbobot, dan ulasannya yang berisi catatan, Dotsawai Chendrel.


Dikatakan bahwa Tsonawa telah dimohon oleh pelindung seperti Mahakala, dan secara umum, oleh istadewata putih, pelindung berwujud wanita yang melindungi ajaran dan para praktisi, yang membuat janji untuk memberikan bantuan kepada setiap orang yang mengabdikan diri pada karya Tsonawa sebagai dasar dari pembelajarannya. Dikatakan Para Pelindung sangat menghargai Lekshe Nyimai Oser dan meskipun baru selesai ditulis, segera dibawanya ke Tanah Murni, sehingga Tsonawa harus menulis ulang lagi. Bagaimanapun kisahnya, yang jelas terdapat dua ulasan hasil karya Tsonawa yang digunakan sejak saat itu sebagai materi rujukan pelajaran vinaya oleh ketiga sekolah Tibet, yaitu Sakyapa, Nyingmapa dan Gelugpa. Misalnya, Dalai Lama ke XIII memesan cetakan kayu dari kedua ulasan tersebut, dan salinannya didistribusikan ke setiap bhiksu yang belajar di Drepung, Sera dan Ganden, dengan perintah untuk dihafalkan. Selain kedua risalah tentang vinaya yang disebutkan, Tsonawa juga menyusun beberapa hasil karya yang menjelaskan tahapan jalan.


Merujuk kepada Yongzin Yeshe Gyeltsen, Tsonawa parinirvana ketika berumur 72 tahun, dan menurut Dungkar Rinpoche, ketika beliau berusia empat puluhan. Dungkar Rinpoche menambahkan bahwa doa permohonan yang disusun oleh kepala biara besar Trakkor, Chokyab Sangpo, menyiratkan bahwa Je Rinpoche merupakan wujud baru yang diambil oleh Tsonawa.


Yongzin Yeshe Gyeltsen and Dungkar Rinpoche keduanya setuju bahwa Tsonawa mempercayakan komunitas kepada murid utamanya, Geshe Mondrapa.




Sumber:

Byang-chub lam gyi rim-pa’I bla-,a bru=yud-pa’i rnam-par thar-pa rgyal bstan mdzes-pa-i rgyan mchog phul byung no bu’i phreng ba (lam rnam), karya Yongzin Yeshe Gyeltsen.

Karya asli berbahasa Inggris dikoordinasikan oleh Marie-Stella Boussemart berdasarkan petunjuk Venerable Dagpo Lama Rinpoche

Terjemahan dari Bahasa Prancis ke Inggiris kemudian ke Bahasa Indonesia oleh Tim Penerjemah di Yayasan Suvarna Dharma Chandra Loka, Bali-Indonesia

Featured Posts
Check back soon
Once posts are published, you’ll see them here.
Recent Posts
Follow Us
  • Facebook Basic Square
  • Twitter Basic Square
  • Google+ Basic Square
Archive
Search By Tags
No tags yet.
bottom of page