Puja Api di tanah biara.
Puja api homa, merupakan salah satu praktik dalam Tantrayana dan ditujukan untuk pencapaian kebahagiaan semua makhluk. Praktik ini dipersembahkan kepada Istadewata meditasi yang menjadi komitmen sang praktisi, dengan harapan praktisi dapat terbantu untuk merealisasikan pencapaian spiritual. Di samping itu puja api juga mempurifikasi kesalahan-kesalahan dalam praktik kita, misalnya kesalahan pelafalan mantram, serta menyingkirkan berbagai halangan dalam meditasi stabilisasi serta praktik spiritual. Masih banyak manfaat lain dari puja api, tapi seperti halnya segala yang berkondisi butuh sebab agar memberikan akibat, manfaat dari praktik ini tersebab oleh welas asih agung. Dari Bodhicitta-lah kemudian berbagai manfaat positif dapat dipanen, seperti yang dikatakan Je Tsongkhapa dalam Baris-Baris Pengalaman, “… Bodhicitta adalah… tambang yang menghasilkan tak terhingga banyaknya kebajikan.”
Dilandasi niat baik, dan yang paling utama atas dasar instruksi dari Yang Mulia Dagpo Rinpoche kepada Yang Mulia Suhu Bhadraruci - agar Suhu melakukan puja api mewakili Beliau - maka praktik puja api dilakukan di Donomulyo pada tanggal 11 Januari 2015; 1 hari setelah acara pemberkatan tanah dan Dhamacakapavatana oleh Rinpoche di tempat yang sama. Dihadiri oleh segenap Sangha Kadam Choeling Indonesia, dan didampingi oleh 2 biksu dari Biara Dagpo di Kullu-India, Gen Lobsang Palbar-la (Guru Filsafat Sangha KCI) serta Gen Samdup-la (ahli ritual Biara), puja api homa di tanah biara untuk pertama kalinya dilaksanakan oleh YM Bhadraruci.
Di tanah ini, seluas 25 hektar, akan didirikan sebuah biara, tempat studi-kontemplasi-meditasi, untuk menumbuhkan kualitas batin positif, dan kemudian melestarikannya. Ini jelas sebuah aktivitas luas dengan potensi manfaat besar, dan karenanya tak heran bila halangan besar pun datang. Sehingga dilakukanlah puja api di tanah Donomulyo yang terberkahi ini, agar berbagai halangan luar maupun dalam dapat ditenangkan, ditaklukkan, disingkirkan, serta berbagai kondisi baik muncul dan berkembang.
Hari itu matahari bersinar terik, cuaca yang tepat, memang. Lewat tengah hari puja api pun telah rampung. Tiba-tiba awan bergulung menutupi langit yang tak lama kemudian menumpahkan hujan, menyirami bumi. Ini merupakan sebuah pertanda baik. Namun demikian, agar tanda-tanda baik itu menjadi nyata, masih butuh upaya dari kita untuk mewujudkannya, masih diperlukan perjuangan untuk menjadikan apapun yang akan kita bangun di atas tanah Donomulyo ini sebagai sebuah kebajikan. Inilah yang kelak akan menyenangkan guru-guru kita dan Triratna.