top of page

Tiga Jenis Praktisi (3): Mencapai Pencerahan Demi Menolong Semua Makhluk


Kapasitas Agung


Dengan dasar pemahaman nyata atas keadaan kita di dalam samsara, kita harus bisa melihat bahwa apa yang kita alami di dalam samsara juga dialamai oleh semua makhluk hidup lainnya. Sehingga kita kemudaian memutuskan untuk tidak hanya memikirkan diri dan kesejahteraan kita sendiri, tetapi juga memikul tanggung jawab untuk membantu makhluk lainnya dalam menemukan kebahagiaan sejati mereka. Kita berkeinginan untuk mencapai pembebasan dan pencerahan sempurna (menjadi seorang Buddha) demi kebahagiaan semua makhluk. Ini merupakan motivasi terbaik dan paling berjangkauan luas dibandingkan dengan kedua motivasi sebelumnya.


Tujuan tertinggi dari praktisi Mahayana adalah untuk membebaskan semua makhluk di dalam samsara dari penderitaan dan membimbing mereka ke kebahagiaan. Aspirasi yang terdapat pada kapasitas agung ini adalah mencapai pembebasan samsara untuk menolong semua makhluk agar mereka juga dapat keluar dari samsara.


Apabila kita memiliki motivasi jenis ketiga ini, meskipun kita hanya memberikan sebagian kecil saja persembahan kepada satu orang, akan tetapi karena niat di balik tindakan tersebut adalah memikirkan banyak makhluk hidup di dalam samsara, maka tindakan ini memiliki potensi yang tidak terbatas.


Jika kita meninjau kembali contoh yang diambil tadi, yaitu tindakan bermurah hati dengan memberikan sesuatu, pada ketiga kategori motivasi ini, jenis tindakan yang dilakukan adalah sama. Apa yang berbeda adalah motivasi di balik tindakan bermurah hati tersebut. Keluasan dari pemikiran kita yang membuat akibat yang akan kita peroleh dari tindakan yang sama akan menjadi berbeda secara mendasar.


Tentu saja memberikan sesuatu kepada satu orang tidak sebaik memberikan sesuatu kepada seratus orang. Oleh karena itu, dengan logika yang sama, tindakan memberi yang didasari oleh motivasi pertama atau kedua berupa kebahagiaan dalam kehidupan mendatang yang lebih baik, atau kebahagiaan pasti pembebasan pribadi dari samsara, tidak sebanding dengan motivasi yang ketiga berupa kebahagiaan tertinggi dari kebuddhaan.


Seperti yang pernah disebutkan, akar dari praktik Dharma adalah kebaikan hati. Hal ini berarti bahwa apapun yang kita lakukan, mulai dari bangun di pagi hari, membersihkan diri dan mengenakan pakaian, menyantap sarapan pagi, dan sebagainya, apakah semua aktivitas tersebut memenuhi syarat sebagai suatu aktivitas Dharma atau aktivitas biasa saja, akan ditentukan oleh niat atau motivasi di balik semua aktivitas tersebut.


Pada beberapa keadaan, tindakan-tindakan sederhana tersebut akan berubah menjadi sebab-sebab penderitan di alam rendah, dan pada beberapa keadaan lain mungkin juga menjadi penyebab kelahiran kembali di alam yang lebih baik. Semuanya bergantung kepada motivasi di balik tindakan yang dilakukan. Tentu saja yang tebaik adalah motivasi yang akan menjadi sebab pencapaian Kebuddhaan.


Kita melakukan berbagai hal dalam hidup kita dan berupaya untuk melakukan suatu praktik spiritual. Tidak ada salahnya jika kita berupaya untuk mendapatkan hasil yang terbaik dengan memastikan bahwa tindakan kita dimotivasi oleh niat yang terbaik. Apapun yang kita lakukan, apakah kita sedang membersihkan ruangan atau sedang mempersembahkan sebatang dupa atau beberapa bunga, mengapa kita tidak memastikan bahwa kita mendapatkan hasil yang terbaik dari semua aktivitas ini?


Singkatnya, ketika kita sedang menjalankan aktivitas apapun, yang dapat kita lakukan adalah berupaya untuk memastikan bahwa niat yang kita miliki di balik aktivitas tersebut paling tidak merupakan motivasi tingkat pertama, yaitu motivasi yang terendah. Dengan kata lain, apapun yang kita lakukan adalah bertujuan untuk mencapai kebahagiaan dalam kehidupan yang akan datang.


Kemudian jika kita merasa memiliki kemampuan mental yang cukup, maka yang terbaik tentu saja berupaya membangkitkan motivasi yang tertinggi yaitu untuk mencapai pencerahan demi menolong semua makhluk terbebas dari samsara.


Dengan salah satu dari motivasi ketiga jenis praktisi ini, maka kita akan mampu mengubah semua aktivitas sehari-hari yang kita lakukan menjadi suatu praktik spiritual, dan memastikan bahwa segala sesuatu yang kita lakukan menjadi suatu praktik Dharma.


Disadur dari Buku “Lamrim: Buddhisme yang Lengkap dan Sistematis” karya Dagpo Rinpoche yang diterbitkan oleh Penerbit Kadam Choeling, Desember 2012.

Featured Posts
Check back soon
Once posts are published, you’ll see them here.
Recent Posts
Follow Us
  • Facebook Basic Square
  • Twitter Basic Square
  • Google+ Basic Square
Archive
Search By Tags
No tags yet.
bottom of page