top of page

SEJARAH DIMULAI HARI INI 07.05.2017 (Part 2)


Berikut adalah penggalan kata sambutan dari Suhu Badraruci selaku Kepala Pusdiklat Indonesia Gaden Syeydrub Nampar Gyelwei Ling :


"Satu hal yang harus saya ingatkan kepada kita di sini. Bersama-sama kita harus mandiri, mengandalkan diri sendiri. Artinya saya tidak ingin mengatakan hal-hal yang buruk di hari yang baik ini, tapi saya ingin mengatakan hal yang fakta di depan kita. Dagpo Rinpoche umurnya sudah 85, Khenzur Rinpoche 80, Gen Yonten-la 84, fakta. Kita harus benar-benar bisa mengandalkan diri kita sendiri, belajar sehingga kita selesai lima teks besar, sehingga kita bisa menembuh pelajaran lebih banyak, meraih kualitas yang lebih baik, sehingga kita bisa perform sebagai seorang guru, kamu orang semua, saya tidak mengatakan saya, kita semua sebagai guru yang pantas sehingga Lamrim ini bisa dihayati dengan kualitas yang benar.


Kita tidak tidak bisa selalu berharap. Ya…kita bisa berharap Rinpoche berumur panjang tapi kita tidak bisa berharap Rinpoche senantiasa tinggal di samping kita. Itu artinya secara fakta kita harus serius mengandalkan diri kita sendiri. Kita gak bisa santai-santai malas-malas “oh guru saya masih ada” gak bisa begitu. Pusdiklat ini punya tanggung jawab besar terhadap perkembangan Buddha dharma di Indonesia. Kita harus mengandalkan diri kita sendiri meraih kualitas yang serius sehingga kita benar-benar mampu mengalirkan air realisasi pemahaman dharma ini kepada banyak orang. Tidak bisa kita “oh masih ada Rinpoche”.


Saya ingin ngomong terang jelas hari ini bahwa kira harus mengandalkan diri kita sendiri. Baik guru-guru kita semoga berumur panjang di samping kita, tetapi pada suatu titik kita disuruh mengandalkan kita pada diri kita sendiri. Kamu tidak bisa rely 100% pada gurumu tanpa kita melakukan sesuatu, tidak mungkin. Oleh karena itu, dengan adanya Pusdiklat institusi ini, bahwa hari ini Sangha yang sudah mulai bagus belajarnya juga sudah bagus. Untuk benar-benar bisa melakukan banyak aktivitas dharma dan aktivitas bekerja.



Nah, kualitas itu bergantung pada Lamrim. Kita sudah melihat banyak di fb segala macam dan kita yakini kualitas itu ujung-ujungnya balik ke Lamrim. Dan kita beruntung berada dalam silsilah Lamrim. Oleh karena itu, tradisi Lamrim itu harus ditegakkan di Pusdiklat ini, ya mungkin YPPL tidak perlu pusing dengan tradisi-tradisi ini, karena ini adalah internal YWSN. Di dalam, orang harus bisa menegakkan tradisi Lamrim ini mulai dari Pusdiklat. Pusdiklat ini bisa berlangsung kalau ada komunitas umat awam. Jadi, Buddha mengatakan biksu, biksuni, upasaka, upasika, empat komponen dasar agama Buddha. Jadi, kualitas itu bergantung pada hadirnya guru-guru itu. Bentar lagi akan banyak orang mau jadi biksu, samaneri, kalau kamu yang senior tidak perform baik itu tidak akan baik bagi Pusdiklat.


Ketika kita masuk dalam institusi ini kamu mati pun di sini, tidak keluar lagi. Maksudnya jangan seperti orang-orang datang belajar dah 5 tahun 10 tahun berkarya di luar, bangun ini itu, ini bukan tradisi kita. Mau berkarya di realisasi ya sekali masuk jangan keluar lagi. Kalau gitu apa artinya jubah ini sebagai penampilan saja, tapi aktivitasnya….?


Ketika saya di Perancis saya ditanya bagaimana kabar sangha Indonesia oleh Rinpoche secara umum. Lalu Rinpoche mulai membandingkan sangha kita dengan sangha-sangha di Indo dan dia juga menyebut beberapa kualitas baik, hasil dari sekian tahun dan Rinpoche sangat senang bahwa ini sesungguhnya belajar.


Proses membangun sangha biar gitu butuh puluhan tahun lama sekali. 5-6 tahun waktu untuk membentuk mereka, setelah setengah matang seperti pohon-pohon yang di pembibitan dia kira-kira sudah sampai 2 meter harus dilepas, dikeluarkan dari bedeng untuk langsung di bawah matahari, itu seperti tanaman. Itu proses lama. Di dalam proses itu ada ribut, jadi gak sekonyong-konyong, tiba-tiba, sulit.


Oleh karena itu, Pusdiklat ini adalah tempat seperti almamater besar nampung banyak, seperti Rahim. Keluarnya sebuah hasil karya yang bermanfaat bagi orang banyak. Semoga Pusdiklat ini akan seperti itu. Cerita sedikit, ketika kita sudah sampai di Pusdiklat ini terasa gersang panas, ya… butuh perjuangan untuk menjinakkan ini. Pohon harus lebih banyak, aktivitas lebih banyak, kita harus membuat alam ini menjadi lebih harmonis dengan kita.


Saya hari ini tidak merasa special karena saya menjalani peran. Kelak kemudian hari bisa juga 6 tahun kemudian ketika ada pemilihan kepala pusdiklat, Genla terpilih atau yang lain terpilih. Saya berharap siapa pun duduk di sini asal mengerti bagaimana caranya duduk sebagai Pemangku Takhta. Kita punya cita-cita besar atas Pusdiklat ini. Pusdiklat ini akan menjadi pusat perkembangan dharma, belajar lamrim, pemahaman filsafat di Asia Tenggara.


Saya memohon berkah dari guru-guru. Saya menjalani peran. Saya menyadari tidak memiliki kualitas. Ya semoga waktu 6 tahun itu berjalan dengan cepat. Dan yang penting kepala Pusdiklat itu memberi transmisi semua. Saya senang silsilah Pusdiklat Dagpo dibacakan hari ini jadi kita ingat kepala Pusdiklat itu ada 117. Legitimasi ini perlu sebagai sebuah institusi yang tidak bisa dicap ngambil gak jelas. Kita mengambil silsilah tradisi, silsilah Dagpo. Tradisi silsilah Dagpo itu tidak mudah, para biksu lebih ketat, belajar banyak, tidurnya lebih sedikit."


Transkrip Sambutan Kepala Pusdiklat dituliskan ulang berdasarkan rekaman oleh Azis Siswandi, gambar-gambar selama berlangsungnya kegiatan ini diabadikan oleh juru potret Krisna Ann Kesuma dan Andreas Soputra, dengan kordinator Anna Adicahyadi.

Featured Posts
Check back soon
Once posts are published, you’ll see them here.
Recent Posts
Follow Us
  • Facebook Basic Square
  • Twitter Basic Square
  • Google+ Basic Square
Archive
Search By Tags
No tags yet.
bottom of page