KUTIPAN DHAMMADESANA PERINGATAN WAISAK 2563 BE / 2019 @CANDI MUARO JAMBI
Pada Hari Trisuci Waisak 2563 BE/2019, Sangha Kadam Choeling Indonesia menghadiri acara Waisak Bersama Umat Buddha Jambi yang diadakan di Candi Muaro Jambi. Sebanyak 12 anggota Sangha bertolak ke Jambi untuk mengikuti serangkaian kegiatan yang diadakan di sana.
Biksu Lobsang Gyatso, salah satu anggota Sangha Kadam Choeling Indonesia yang juga bertindak sebagai Nayaka Sangha Vajrayana SAGIN, berkesempatan memberikan Ceramah Dharma. Berikut adalah kutipannya:
TONGLEN SEBAGAI SALAH SATU WARISAN BUDAYA ADILUHUR DARI GURU SUWARNADWIPA
"Lama Serlingpa adalah seorang Guru dari Pulau Emas (Sumatera, Indonesia masa kini) yang berhati agung dan mulia. Beliau juga dikenal sebagai Mahaguru Dharmakirti. Selama banyak kehidupannya yang lampau Beliau telah dengan tekun bertekad dan mempraktikkan Batin Pencerahan Bodhicitta, suatu tekad batin yang agung untuk mencapai Kebuddhaan yang sempurna dan lengkap demi menolong semua mahluk."
TONGLEN adalah nama ajaran yang dahulu dipraktikkan dengan penuh jiwa kepahlawanan namun tanpa kesombongan maupun arogansi apalagi radikal. Secara harfiah, kata "TONG" dalam bahasa Tibet dalam Bahasa Indonesia berarti 'Memberi atau Mengasih.' Sedangkan "LEN" artinya 'Mengambil atau Menerima'. Bila dalam bait doa maka berbunyi sebagai berikut:
yatkiṃcijjagato duḥkhaṃ tatsarvaṃ mayi pacyatām bodhisattvaśub haiḥ sarvair jagatsukhitamastu ca||56||
[56] DrOWEI DUGNGEL GANG CIANG RUNG, DE KUN DAG LA MIN GYUR CIG. JANGCHUB SEMPEI GEDUN GYIY, DrOWEI DE LA COYPAR SYOG.
Rasa sakit dan sengsara semua makhluk pengembara, semoga mereka seluruhnya berbuah pada diriku. Dan semoga kebajikan yang menemani para Bodhisatwa membawa kebahagiaan para makhluk. [Kidung Manggala Bakti, 2014: hal. 223].
Jadi, dari kutipan doa tersebut seorang praktisi memiliki aspirasi untuk MENGAMBIL atau MENERIMA: rasa sakit, sengsara, dan semua karma buruk, penghalang serta dosa-dosa atau kesalahan semua makhluk agar semua makhluk benar-benar bebas dari itu semua dan merasakan kebebasan selamanya. Yang DIKASIH atau DIBERIKAN: kebahagiaan, karma baik, akar kebajikan, pengalaman, sikap baik, dan perilaku baik para praktisi dan para Bodhisatwa beserta yang kita akumulasi. Dengan kekuatan keyakinan, kita berdoa semoga semua makhluk memperoleh kebahagiaan dan berbagai sumber kebahagiaannya secara terus menerus. Begitu luhur, bukan?
Jejak-jejak ajaran antik di masa sekarang ini sesungguhnya terlihat dari budaya yang bisa dilihat dari bahasa Melayu, "basonyo wong Jambi" yang kemudian diserap ke dalam kata-kata wajib dalam pergaulan sosial yang bahagia, yaitu mengucap syukur TERIMA KASIH. Kata ini begitu menentramkan, mendamaikan dan membahagiakan baik bagi yang mengucapkan maupun yang mendengarnya bila dilakukan pada saat yang tepat dan dengan nada serta sikap yang tulus dan ikhlas.
Untuk memiliki kualitas yang begitu luhur selaras dengan ajaran warisan Guru Suwarnadwipa ini, butuh sebab-sebab yang mendukung sebagaimana pepatah Suku Kerinci yang berbunyi:
S'bab antin jatoh 'nggang tirebang, s'bab gurun gajah nempuh artinya ranting yang jatuh dikarenakan burung enggang yang terbang, padang rumput layu karena dilalui gajah. Maknanya dikatakan bahwa segala peristiwa terjadi pasti karena ada sebab di baliknya. Tidak ada suatu peristiwa yang terjadi secara kebetulan.
Kita bukan secara kebetulan bisa hadir dan berkumpul di sini di Hari Waisak nan suci ini dan mendengarkan keagungan mengenai Guru dan Ajaran-Nya dari tempat yang suci ini, Candi Muaro Jambi. Semoga buah atau akibat ini menjadi sebab bagi kita sebagai umat Buddha, sebagai manusia yang berbudaya, sebagai Bangsa Indonesia, agar semakin mencintai nilai-nilai, falsafah, dan tradisi luhur nenek moyang kita yang telah diakui dunia.
Saatnya kita lebih mempererat persatuan kita untuk lebih memajukan agama, bangsa, dan negara yang kita cintai dengan melestarikan kearifan budaya adiluhur ini dalam kehidupan sehari-hari, dalam pergaulan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sehingga tercapainya cita-cita para pendiri bangsa ini.
Semoga segala harapan semua makhluk untuk melatih batin pada Jalan Pencerahan sebagaimana diajarkan oleh Mahaguru Suwarnadwipa dapat dengan mudah diraih melalui semua instruksi Dharma beserta komentar yang telah diajarkan.
Semoga Bodhicita yang belum tumbuh segera bangkit.
Semoga Bodhicita yang telah tumbuh dapat terus dijaga dan ditingkatkan dengan segala daya upaya yang penuh semangat hingga mencapai kemajuan yang lebih baik dan lebih lagi hingga lengkap sempurna.
Selamat hari Trisuci Waisak 2563BE/2019, Lokāḥ Samastāḥ Sukhino Bhavantu,
Biksu Lobsang Gyatso