PEMBELAJARAN TERUS-MENERUS TANPA HENTI

“…dengan kepala panas dan semangat yang makin besar, para biksu mengalami saat-saat berbahagia. Merasakan kecerdasan meningkat dan pelajaran yang diterima mengasah penalaran menjadi sangat tajam.”

Ungkapan diatas diutarakan oleh Guru Dagpo Rinpoche untuk menggambarkan perasaan para biksu menjalani debat dialektika di Biara Dagpo Dratsang, Tibet, semasa Rinpoche muda. Proses ini amat berat karena para biksu harus menghafal banyak kitab dan memiliki penalaran tajam hingga menghasilkan argumen yang tidak tergoyahkan.

Metode pembelajaran di Biara Indonesia Tuṣita Vivaraṇācaraṇa Vijayāśraya mengadopsi metode pembelajaran dari Biara Dagpo Dratsang yang merupakan salah satu biara utama di Tibet yang telah terbukti selama berabad-abad melahirkan banyak guru-guru besar.

Setelah pertengahan Agustus lalu merampungkan ujian topik Tendrel (Pratityasamutpada /Hukum Sebab Musabab yang Saling Bergantungan), Sangha Kadam Choeling Indonesia melanjutkan pembelajaran ke materi mengenai Kunshi Nampar Syeypa (ālayavijñāna) yang termasuk dalam Sekolah Cittamatrin. Secara umum, kesadaran utama ada 6, namun bagi Sekolah Cittamatrin menerimanya ada 8 kesadaran, yaitu 6 kesadaran secara umum ditambah kunshi nampar syeypa dan nyon yiy (kleṡa manas).

Kini, setelah 1 bulan berselang, Sangha Kadam Choeling Indonesia kembali mengadakan ujian tertulis dari seluruh materi yang telah dipelajari sebelumnya, yaitu Abhisamayālaṃkāra bab 1-3, Tendrel, dan Kunshi Nampar Syeypa. Tak hanya sampai di ujian tertulis, pada hari Rabu 18 September 2019, mereka juga menempuh ujian Debat Dialektika untuk benar-benar menguji pemahaman dan penalaran topik-topik yang telah dipelajari.