GONPA RINCHEN (GONPAWA) (2): Asisten Jowo Atisa Yang Mewariskan Silsilah Tahapan Jalan (Kadam Lamrim
Baca terlebih dahulu Gonpa Rinchen (1)
“Yang Berjaya Gonpawa, Raja para yogi,
Oh Engkau yang menerangi tanah-tanah dimana Dharma telah terampas,
Aku memohon padamu”
Sekitar waktu yang sama, Geshe Potowa sedang berdiskusi dengan Phuchungwa dan Ne’usurpa di tempat yang bernama Gona, di wilayah Lungcho, tempat Geshe Potowa tinggal. Mereka merenungkan kualitas-kualitas unggulmu dan membicarakan realisasi yang engkau capai. Phuchungwa berpaling kea rah Ne’usurpa, sambil berkata, “Engkau datang terlambat untuk mengetahui hal ini.” Phuchungwa kemudian memulai kisah berikut:
Suatu hari ketika kami minum the, Gonpawa memejamkan mata sebentar, sambil berkata, “Aku sedang merenungkan kualitas-kualitas Sang Buddha.” Lalu, melanjutkan dengan suara keras, “Aku mendengar dan melihat Buddha di atasku, sedang mengajar di tengah-tengah sejumlah besar bodhisatwa.”
Ini adalah bukti bahwa engkau telah mencapai kewaskitaan pendengaran dan penglihatan. Ini berarti engkau memiliki kemampuan untuk mendengar dan melihat tanpa terhalang jarak.
Ada saat-saat lain kewaskitaanmu terwujud secara nyata. Suatu ketika, seorang murid membawa makanan kepadamu, lalu engkau berkata padanya, “Cepat pergi dan bawa makanan ini kepada Wangchuk O!” Engkau mengacu pada seorang pertapa yang telah menyunyikan diri dalam suatu tempat yang agak jauh dan sedang kehabisan perbekalan. Saat itu sang pertapa sedang mondar-mandir, sambil mengingatkan dirinya bahwa ia akan terpaksa keluar dari batas pertapaannya jika ingin mencari sesuatu untuk dimakan.
Pada waktu lain, di Rating, ketika semua yogi diundang dalam suatu perkumpulan yang dipimpin oleh Dromtonpa, sang juru masak datang untuk menanyakan setiap orang apa yang ingin mereka makan. Engkau menjawab, “Kalau aku, aku akan mendapatkan makanan yang dikirim dari Puna, desa sebelah.” Jawabanmu mengundang teguran keras dari Dromtonpa sehingga engkau menyembunyikan kewaskitaanmu dengan baik sejak saat itu.
Suatu hari Ne’usurpa, yang merupakan salah satu murid utamamu, jatuh sakit dan temannya Tonpa Tsultrim Seng-ge, kemudian mengajari latihan yoga sesuai instruksi yang engkau berikan, yang disebut ‘yoga kepala berapi’. Ne’usurpa mendapatkan hasil sesuai dugaan dan segera mendatangimu sambil menjelaskan bahwa ia tidak merasa sehat sejak malam sebelumnya.
“Kalau begitu praktekkan ‘yoga kepala berapi’,” nasehatmu padanya.
“Aku tidak tahu cara melakukannya,” jawab Ne’usurpa.
“Tetapi aku melihatmu sedang berlatih!”
Ne’usurpa terpaksa mengakuinya dan juga mengakui bahwa temannya, Tonpa Tsultrim Seng-ge, yang memberinya petunjuk setelah menerima darimu.
Engkau menjelaskan bahwa untuk mendapatkan hasil yang sempurna, harus menerima petunjuk langsung dari guru pribadi, dan bukan dari teman. Engkau kemudian memberinya transmisi lengkap dari ‘Tiga Siklus Meditasi Yoga’.
Berkat dirimu, pada hari ketika Ne’usurpa diundang untuk perjamuan makan di rumah seorang dermawan, Ne’usurpa mampu mengumpulkan kebajikan yang sangat besar dalam waktu singkat berkat meditasi ini. “Tadi malam dan hari ini engkau telah menghimpun kebajikan yang sangat besar dengan mencapai keberhasilan dalam meditasimu; benarkah demikian?” Tanya Gonpawa kepada muridnya ketika ia kembali.
Suatu hari, beberapa pembuat rupang dari tempat yang disebut Rogthom datang untuk memohon doa dari para pertapa yogi di Rating. Mereka membawa persembahan dan memohon agar berhasil menyelesaikan tugas tanpa rintangan, “Ya ampun!” Engkau berseru saat upacara. Ketika ditanya, engkau menjawab bahwa cetakan sudah retak. Hal ini ternyata benar.
Saat Ne’usurpa telah menyempurnakan praktek Tiga Siklus Meditasi Yoga, ia merasa harus segera menghadap dan bersujud pada dirimu. Ketika ia datang, engkau merenggangkan kaki kananmu sambil berkata, “Oh! Bagus engkau datang! Aku selalu memberikan padamu ajaran-ajaran yang engkau inginkan bahkan tanpa diminta.”
Gonpawa, engkau melatih istadewata anuttarayoga-tantra (tantra yoga tertinggi) yang disebut Raja Para Istadewata, yang mengharuskanmu menjalankan tiga jenis janji. Setelah menyelesaikan pelafalan mantra sebanyak 8000 kali, engkau mampu melihat istadewata tersebut secara langsung. Sejak saat itu, sang istadewata selalu muncul di setiap akhir perputaran pelafalan 8000 kali mantra.
Bahkan, engkau mencapai seluruh realisasi dari tiap tahap yang disebutkan dalam bab Manfaat-manfaat dari mengikuti para Buddha. Hal ini membuktikan bahwa praktek istadewata, ketika dilakukan dengan benar, memungkinkan untuk memvisualisasi istadewata apapun dan memperoleh anugerah dalam bentuk kemampuan menyelesaikan semua aktivitas Buddha.
Engkau tidak menganggap berhasil mencapai konsentrasi yang sempurna dan stabil, atau mencapai kewaskitaan besar sebagai realisasi Dharma yang sesungguhnya. Sebaliknya, engkau percaya bahwa latihan secara efektif pada tahapan jalan untuk ketiga jenis makhluk, keyakinan dan kepercayaan pada hukum sebab akibat yang menjadi realisasi Dharma sejati. Diikuti oleh ketaatan sempurna terhadap etika dari ketiga sila, yaitu sila pratimoksa, bodhisatwa, dan tantra, bersama semua janjinya.
Karena alasan inilah, engkau memberi saran kepada Ne’usurpa sebagai berikut, “Yesye Bar, di waktu yang akan datang, jika para geshe bertanya padamu tentang intisari seorang guru, beritahu mereka bahwa intisarinya bukanlah kewaskitaan, juga bukan kemampuan melihat penampakan istadewata, melainkan pengembangan keyakinan teguh akan hukum sebab akibat dan penghormatan terperinci dari semua sila dan janji. Inilah intisari dari praktek.”
Gonpawa, engkau telah memeditasikan tahapan jalan dan instruksi Jowo Je hingga mencapai kesempurnaan, mulai dari cara yang benar mengikuti seorang guru sampai mencapai kebuddhaan. Sejak gurumu, Jowo Je, menghilangkan berbagai rintangan yang muncul selama latihanmu, engkau menjadi terkenal sebagai sang penakluk yang telah mengatasi berbagai kesulitan.
Engkau tidak pernah sekalipun meninggalkan gurumu! Engkau tetap berada di sisi Jowo Je sejak saat pertemuan di wilayah Nyentso, bagian barat Tibet, sampai parinirvananya di Nyenthang. Setelah itu, atas nasehat gurumu, engkau menetap di Rating untuk membantu Dromtonpa. Engkau tinggal bersamanya di bagian atas Biara Rating, sampai parinirvananya di tahun kuda. Engkau berdua bersama-sama terus menerapkan diri dalam kesempurnaan praktek.
Setelah ditinggalkan sendiri, engkau menjadi kepala biara dan terus menanamkan ajaran dan instruksi dari Jowo Je kepada murid-murid yang layak menerimanya. Pada tahun anjing (1094), pada usia 77 tahun, engkau pergi memasuki surge Tusita, Istana Sukacita Murni di Tanah Dharma Murni, setelah sepenuhnya merealisasikan batin pencerahan.
Akhir Dari Syair Pujian
*
Guru Suci Gonpawa menurunkan semua instruksi yang diterima dari gurunya, Jowo Je, kepada putra spiritual utamanya, Nu’usurpa, dan juga mematangkan batin banyak murid lainnya. Di antara sekian banyak murid Geshe Gonpawa, yang paling dikenal, yang memiliki kualitas-kualitas yang tidak dapat dibandingkan dan yang memegang lengkap doktrin ajaran adalah Ne’usurpa, Shang Kamawa, Geshe Ben, Kharag Gomchungwa, dan Gyachag Riwa.
Sumber:
Byang-chub lam gyi rim-pa’I bla-,a bru=yud-pa’i rnam-par thar-pa rgyal bstan mdzes-pa-i rgyan mchog phul byung no bu’i phreng ba (lam rnam), karya Yongzin Yeshe Gyeltsen.
Karya asli berbahasa Inggris dikoordinasikan oleh Marie-Stella Boussemart berdasarkan petunjuk Venerable Dagpo Lama Rinpoche
Terjemahan dari Bahasa Prancis ke Inggiris kemudian ke Bahasa Indonesia oleh Tim Penerjemah di Yayasan Suvarna Dharma Chandra Loka, Bali-Indonesia